PROSESI ADAT JAWA part 1
Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan
dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang
yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada
kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya. Agar
ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya
tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan
diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang
akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau
penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan si perjaka sanggup menerima
pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh
si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Lamaran Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria
dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal
ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang
apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa
dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.
Upacara Lamaran
Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan
yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu
yang lazim disebut jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul
oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan
antara lain : jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan
tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak
glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan
tetap lengket (pliket,Jawa).
Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari
baik untuk melaksanakan upacara
peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan
hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan
hari ijab pernikahan.Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar
singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat.
Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat
dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut
tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan
emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya,
jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu
tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh
ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur
.
Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua
pihak setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang
dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang
hijau).
Bleketepe merupakan suatu tradisi membuat atau anyaman dedaunan kelapa
untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manten, tatacara ini mengambil ajaran
dari Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja mataram. Saat mempunyai hajat
menikahkan anaknya dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, KiAgeng membuat
anyaman peneduh dari anyaman daun kelapa karena rumah ki Ageng kecil dan tidak
dapat memuat banyak tamu sehingga Ki Ageng membuat payon dari daun kelapa.
Dengan diberi payon ruang itu dapat dipergunakan para tamu dan menjadi luas dan
dapat dipergunakan untuk menjamu tamu yang hadir. Kemudian payon dari daun
kelapa tersebut disebut Tarub berasal dari orang yang pertama yang membuatnya.
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan
calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu
dilaksanakan. Tata cara memasang tarub adalah, bapak naik tangga sedangkan ibu
memegangi tangga sambil membantu memberikan bleketepe(anyaman dari daun
kelapa).
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain
yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
* Dua batang pohon pisang
raja yang buahnya tua/matang.
* Dua janjang kelapa gading
(cengkir gading, Jawa)
* Dua untai padi yang sudah
tua.
* Dua batang pohon tebu
wulung (tebu hitam) yang lurus.
* Daun beringin secukupnya.
* Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan
dikanan pintu gerbang satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa
diperebutkan pada anak-anak). Tuwuhan mengandung arti , Suatu harapan kepada
anak yang dinikahkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah
dari keluarganya.
Isi tuwuhan terdiri dari :
1. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masak
Maksudnya dipilih yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan
menikah telah memiliki pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai pengharapan
agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan
kehormatan seperti raja.
2. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau
sumber rasa manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak.sedangkan
makna wulung bagi orang jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang
perkawinan diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa yang sepuh yang selalu
bertindak dengan kewicaksanaan atau kebijaksanaan.
3. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat jabang bayi atau lambing
keturunan
4. Daun Randu dan Pari Sewuli
Randu melambangkan sandang. Sedangkan pari (padi) melambangkan pangan
sehingga hal tersebut bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang
pangan.
5. Godhong apa-apa (macam-macam
dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman,rumpu alang-alang
dengan harapan terbebas dari halangan.
Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan
perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi
luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan
melalui:
1. Pisang raja dan pisang
pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk
serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan
sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang
diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento,
peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar
ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan
gambir
20. Kembang telon (melati,
kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih,
jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak,
temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang
berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula
merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat
berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga
sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu
dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan
jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus
daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan
melalui : Tumpeng kecil-kecil merah,
putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga
telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang
(kaum)
6. Tempat penyiapan makanan
yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga
pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini
akan ditempat kan dirumah saudara atau tetangga dekat.
Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara
pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon
pengantin pria sudah siap ditempat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga
pengantin putri.
Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud
dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti
membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman
:
* Kembang setaman secukupnya
* Lima macam konyoh panca
warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
* Dua butir kelapa hijau yang
tua yang masih ada sabutnya.
* Kendi atai klenting
* Tikar ukuran ½ meter
persegi
* Mori putih ½ meter persegi
* Daun-daun : kluwih, koro,
awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
* Dlingo bengle
* Lima macam bangun tulak
(kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
* Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik
tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
* Satu macam pulo watu (kain
lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo
(kain merah).
* Sampo dari londo merang
(air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat
merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air
londo)
* Asem, santan kanil, 2meter
persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen,
1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
* Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta
doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
* Tumpeng robyong
* Tumpeng gundul
* Nasi asrep-asrepan
* Jajan pasar, pisang raja 1
sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
* Empluk kecil (wadah dari
tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
* 1 butir telor ayam mentah
* Juplak diisi minyak kelapa
* 1 butir kelapa hijau tanpa
sabut
* Gula jawa 1 tangkep
* 1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka
ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu (Jawa) yang
berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri
oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti
bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat
cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam
24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh
tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta
doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
* Sepasang kembarmayang
(dipasang di kamar pengantin)
* Sepasang klemuk (periuk)
yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun
tulak untuk menutup klemuk tadi
* Sepasang kendi yang diisi
air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep (tulang daun/tangkai
daun), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
* Baki yang berisi potongan
daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh
dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan
keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
* Nasi gurih
* Sepasang ayam yang dimasak
lembaran (ingkung, Jawa)
* Sambel pecel, sambel
pencok, lalapan
* Krecek
* Roti tawar, gula jawa
* Kopi pahit dan teh pahit
* Rujak degan
* Dengan lampu juplak minyak
kelapa untuk penerangan (jaman dulu)
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat,
upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului
kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin
diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan
pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan
menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin
pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi
pengantin perempuan.
Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan
agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama
dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan
mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Upacara Panggih
Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru
upacara panggih bisa
dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang
pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara
panggih dapat segera dimulai. Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai
dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk
mengiringi kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang Pengantin
untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan (saling melempar) sirih,
wijik (pengantin putri mencuci kaki pengantin pria), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending
Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah
dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan
untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman.
Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau
gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari
padasih.
Upacara Panggih dalam Perkawinan Adat Jawa merupakan puncak acara dari serangkaian
upacara adat yang mendahuluinya.
Rangkaian acara yang mewarnai upacara panggih meliputi :
Penyerahan sanggan yang lazim
disebut tebusan
Keluarnya mempelai dari kamar
pengantin yang didahului kembar mayang
Lempar sirih
Wijikan atau memecah telur
Berjalan bergandengan jari
kelingking menuju kepelaminan
Kacar-kucur atau tampakaya
Dahar klimah
Penjemputan orangtua mempelai
atau besan
Sungkeman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar